Rahim Pengganti

Bab 54 "Harus Dilahirkan"



Bab 54 "Harus Dilahirkan"

0Bab 54     
0

Harus dilahirkan     

"Okei ... okei. Jangan ngambek gini dong Sayang, nanti anak kita di dalam bingung. Mamanya tadi bahagia, terus sekarang ngambek juga," ucap Bian. Mendengar ucapan yang terlontar dari bibir Bian membuat senyum tipis itu terbit, Carissa tidak bisa berlama lama marah dengan suaminya itu.     

Carissa langsung memeluk suaminya itu, mengecup bibir singkat Bian hal itu semakin membuat Bian tidak mengerti dengan istrinya. Terkadang mood Caca sering berubah, istrinya lebih agresif dari sebelumnya dan hal itu membuat Bian semakin berdebar di dekat Caca.     

"Jangan mancing Sayang. Kamu tahu kalau sudah seperti ini, kita gak akan bisa pergi ke sana," ujar Bian.     

Saat ini keduanya sedang berada di sebuah kamar yang disiapkan untuk keduanya beristirahat sebelum akhirnya, nanti mereka pulang. Carissa hanya tersenyum lalu kembali menyatukan bibir mereka, mendapatkan serangan seperti itu tidak membuat Bian menyia-nyiakan kesempatan.     

Keduanya memadu kasih, melepaskan hasrat yang sudah terpendam sejak tadi. Menikmati setiap sentuhan bahkan desahan yang keluar dari mulut masing masing, semakin menambahkan kesan membara di antara mereka dengan sangat hati-hati, Bian mulai berpacu diatas istrinya.     

Suara khas kenikmatan yang keluar dari permainan mereka membuat Bian semakin tidak tenang apa lagi kedua bukit kembar milik Carissa yang semakin membesar dan menggemaskan membuat Bian tidak bisa melupakannya.     

"Aahh ... mashhh, pelan pelan," ujar Carissa. Bian segera memelankan pacuannya, bibirnya tak pernah lepas memangut kedua bukit yang begitu kenyal itu menghisap seperti seorang bayi yang kelaparan.     

***     

Senyum terus mengembang di bibir keduanya, setelah permainan panas mereka yang cukup singkat. Keduanya keluar dari dalam kamar, dan segera menuju ke parkiran karena supir yang akan membawa mereka ke pantai sudah siap.     

"Kita langsung pulang atau, mampir dulu Pak?" tanya pak Jono.     

"Mampir dulu ya Pak. Saya mau lihat sunset di sana," jawab Carissa.     

"Siap bum let's go," ucap Pak Jono dengan penuh semangat. Pria paruh baya itu juga semangat sekali bercerita tentang banyak hal di tempat sini, Pak Jono yang merupakan orang asli daerah sini, sudah banyak mengantarkan beberapa orang yang akan berkunjung.     

"Nanti kalau ibu dan bapak masih ada waktu, saya antarkan ke daerah timur. Di sana banyak sekali, tempat tempat oke Pak. Di sini bukan cuma destinasi Gili Trawangan tapi banyak tempat yang juga bagus, ibu pasti suka," ucapnya.     

Carissa dan Bian hanya mendengarka semua cerita yang disampaikan oleh Pak Jono, pria itu juga merekomendasikan beberapa makanan dan juga tempat yang cocok untuk berbelanja barang barang.     

"Besok saja Pak. Antar kan kami ke sana, saya mau beli beberapa oleh oleh untuk orang orang di Jakarta," ujar Carissa.     

"Siap ibu."     

Mobil tersebut lalu senyap, tak ada suara kecuali mesin mobil yang menyala. Carissa menyenderkan kepalanya ke dada sang suami, Bian dengan senyum yang tidak pernah luntur selalu mengusap perut buncit Caca. Pria itu tidak sabar menunggu kelahiran anak mereka, anak yang sudah dirinya tunggu.     

Jika mengingat hal itu, emosi Bian kembali tersulut. Setelah acara liburan ini selesai, Bian juga akan menyelesaikan semuanya dengan Della pria itu tidak akan tinggal diam dengan apa yang sudah terjadi antara istrinya itu dengan beberapa laki-laki.     

***     

Mobil yang dikendarai oleh Pak Jono sudah terparkir dengan baik. Segera Bian dan Carissa turun, keduanya langsung menuju tempat yang cocok untuk menunggu sunset.     

"Mas aku ke sana dulu ya, mau beli gulali," ujar Carissa menuju ke arah sebrang. Bian ragu, entah kenapa tiba tiba pria itu, tidak tenang berulang kali Bian menatap ke arah Carissa dan jalan hingga akhirnya pria itu menarik napasnya berat dan menganggukkan kepalanya.     

Bian menatap ke arah depan, melihat sang istri yang masih lincah berjalan menuju penjual gulali, senyum di bibir pria itu tak pernah luntur. Lima menit kemudian, Carissa sudah selesai dan berjalan ke arah suaminya namun, baru beberapa langkah berjalan sebuah mobil dengan kecepatan tinggi melaju ke arah Caca.     

Brak!!     

Caca terjatuh, berguling guling di aspal jalan. Darah segar mengalir di saan, Bian yang melihat hal itu terdiam sesaat hingga akhirnya teriakan Pak Jono membuat Bian berlari menuju sang istri.     

"Sayang ... kamu harus bertahan, tolong buka matanya," ucap Bian panik. Dengan bantuan beberapa warga yang ada di sana, mereka membawa Carissa masuk ke dalam mobil dan segera ke rumah sakit. Bian berusaha untuk meminta Carissa untuk sadar, tubuh wanita itu bergerak rintihan demi rintihan terdengar sangat jelas.     

***     

Di depan ruangan rawat, Bian berdiri menunggu pemeriksaan dokter saat ini perasaannya benar benar tidak baik. Bian takut sesuatu terjadi pada istri dan calon anak mereka.     

Baju yang sudah penuh dengan darah, tidak membuat Bian risih pikiran pria itu masih terfokus dengan keadaan sang istri, Bian tidak tenang takut itulah yang saat ini di rasakan oleh Bian.     

Ceklek     

Pintu ruangan tempat Carissa diberikan penanganan terbuka segera Bian menghampiri dokter tersebut.     

"Bagaimana keadaan istri saya dokter?" tanya Bian dengan nada khawatir.     

"Kamu harus memberikan tindakan. Saat ini pasien banyak kekurangan darah serta kondisi pasien yang sedang hamil membuat kami sulit memberikan dosis obat. Jalan satu satunya bayi yang ada di dalam kandungan istri anda harus dilahirkan."     

Deg     

Jantung Bian berdetak lebih kencang, pria itu mengatakan banyak hal itu menyelamatkan keduanya, dokter segera meminta Bian untuk pergi ke administrasi supaya operasi yang akan dilakukan segera dimulai.     

"Berikan bantuan terbaik anda untuk mereka dokter. Saya mohon," ujar Bian.     

"Kami akan melakukannya. Saat ini juga, pasien akan kami bawa ke ruangan operasi," jawabnya.     

"Lakukan hal yang terbaik dokter," ucap Bian. Dokter tersebut segera mengangukkan kepalanya, Bian terdiam di tempatnya terlalu banyak hal yang terjadi akhir akhir ini.     

***     

Dari arah kanan seorang wanita dengan seorang laki laki berlari menuju ke tempat Bian yang saat ini sedang menunggui Carissa.     

"Mas!!" panggilnya. Bian menoleh ke arah orang tersebut, seketika keduanya saling berpelukan. Tangis pilu itu kembali pecah wanita itu adalah Siska. Setelah mendapatkan kabar mengenai keadaan Carissa, Siska yang dibantu oleh Nizam segera terbang ke Lombok untuk tahu mengenai keadaan Caca.     

"Mbak Caca kenapa bisa seperti ini Mas. Kenapa harus Mbak Caca," ucapnya dengan derai air mata yang tak terbendung lagi. Nizam yang ada di dekat sana hanya bisa menatap Siska dengan tatapan kasihan. Sepanjang jalan tadi, Siska sudah menangis karena kondisi kakak iparnya.     

Bian menceritakan semuanya, Siska langsung berteriak dan syok dengan apa yang terjadi wanita itu akhirnya pingsan. Bian meminta Nizam untuk membawa Siska dari tempat tersebut.     

Tiga jam berlalu, Bian saat ini sedang bersama dengan Mama Ratih dan Bunda Iren yang juga langsung terbang ke Lombok ketika tahu keadaan Carissa kedua orang tua itu saling menguatkan. Bunda Iren terus berdoa yang terbaik untuk anaknya, begitu juga dengan Mama Ratih.     

Lampu ruangan operasi sudah berganti warna itu tandanya operasi sudah selesai. Bian beranjak dari tempat duduk tersebut, berjalan menunggu pintu itu terbuka. Tak lama dokter yang mengoperasi Caca keluar.     

"Bagaimana keadaan istri saya dokter?" tanya Bian.     

Dokter itu memandangan Bian dengan tatapan yang sangat sulit di artikan, tatapan yang tersirat dengan penuh makna. Helaan napas berat terdengar sangat jelas.     

"Bayi anda harus di bawa ke ruang inkubator. Kondisinya sangat tidak stabil, sedangkan istri anda kekurangan banyak darah menyebabkan pasien koma saat ini dokter sedang berupaya supaya pasien bisa melewati masa kritisnya," ujar dokter tersebut.     

Jantung Bian berdetak dengan sangat cepat, mendengar ucapan tersebut membuat pria itu memundurkan langkahnya. Apa yang disampaikan oleh sang dokter benar benar membuat Bian tidak tahu harus bersikap seperti apa. Bian bingung laki laki itu kehilangan kendalinya.     

###     

Hallo. Selamat membaca, sehat selalu yaa. Love you guys.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.